Jumat, 05 Agustus 2011

Article Ilmiah


Renungan  menyongsong perubahan ITATS menuju kejayaan
Oleh Basilio Ribeiro
Dalam rangka keikutsertaannya pada lomba penulisan Sofskill ITATS  2008

Ilustrasi  Pendahuluan

Tiga sahabat, si licik, Serakah, dan Egois sedang berpesta pora karena berhasil menemukan sebuah harta karun yang selama ini mereka cari. Lautan telah diseberangi, hutan telah dijelajahi dan pengunungan juga telah didaki tiga sahabat tersebut. Kerja keras dan jerih payah mereka telah membuahkan hasil. Akhirnya mereka membawa pulang harta karun tersebut.
Di sebuah pedesaan, mereka memutuskan untuk bermalam. Si Egois ditugasi untuk mencari makanan di warung terdekat sedangkan Licik dan Serakah menjaga harta mereka. Ketika sedang ngobrol berdua, muncul ide dari si Licik
            “Hai Serakah, gimana kalo si Egois kita bunuh saja! Dari pada harta ini dibagi bertiga, mending kita bagi berdua saja, setuju nggak?”.
Si Serakah mengangguk-angguk tanda setuju, “ Ide yang bagus, Cik! Nanti kalo si Egois datang langsung saja kita keroyok, Ok?”  
Keduanya pun bersiap siap untuk menghadang si Egois di belakang pintu.  Namun sebelum si Egois muncul, tiba-tiba si Serakah memukul kepala si Licik dari belakang. Matilah si licik.
“Dari pada dibagi berdua, lebih baik tidak usah dibagi saja biar semua dapat mejadi milikku, hahaha!” pikir si Serakah.
Mayat si Licik kemudian disembunyikan oleh si Serakah. Ketika si Egois datang, si Serakah mengarang cerita bahwa si Licik sedang kencing di belakang dan secara tiba-tiba si Serakah juga menghantamkan sebuah batu ke kepala si Egois hingga Egois seketika itu juga mati. Menyadari kedua sahabatnya telah meninggal, si Serakah bersorak gembira dan memeluk hartanya dengat erat.
“Akhirnya aku kaya!” teriak Serakah kegirangan.
Kemudian sebelum meninggalkan rumah itu si serakah menyempatkan diri untuk mengisi perutnya dengan makanan yang dibelikan oleh si Egois tadi. Namun belum habis makanan dilahap oleh si Serakah, mulut  si Serakah tiba-tiba keluar busa, tubuhnya mengejang dan matanya mendelik tak kuasa menahan sakit. Dalam sekejab, si Serakah telah meninggal karena keracunan. Ternyata si Egois juga punya pemikiran yang sama dengan si Serakah sehingga saat membeli makan, dia telah membubuhkan racun ke seluruh makanan yang akan diberikannya ke Serakah dan Licik.

Sementara itu di saat yang sama tapi di tempat yang berbeda….
Bang Syukur  dengan wajah berseri-seri memanggil istrinya. Sang Istri heran mengapa suaminya pulang lebih cepat dari biasanya.
“Istriku, aku menemukan uang yang cukup banyak di ladang kita. Dengan uang ini, kita bisa membangun rumah, menyekolahkan anak dan beli baju baru, lihatlah istriku!” Bang Syukur menunjukkan segebok uang yang dipegangnya.
“Bang Syukur, doa kita telah dikabulkan! Mari kita bagi rejeki ini. Semoga rejeki ini membawa rahmat untuk keluarga kita.” Kata sang Istri
“Iya, ini sudah kupisahkan satu ikat untuk kuberikan ke bang Mlarat tetangga kita. Semoga dapat membantu meringankan beban utangnya”
Akhirnya Bang Syukur menemui Bang Mlarat untuk menyumbangkan satu ikat uang hasil temuannya. Bang Mlarat sangat bersuka cita. Sepeninggal Bang Syukur, Bang Mlarat langsung menemui tetangga sebelah rumahnya untuk melunasi salah satu hutangnya.
“Mbok Lara, ini saya lunasi hutang saya, maaf menyusahkan sampeyan. Aku tahu Pakde sudah satu bulan ini sakit parah, tapi memang Allah baru memberi saya rejeki hari ini sehingga baru hari ini saya bisa melunasi hutang. Semoga dengan uang satu ikat ini, sampeyan bisa membawa Pak de ke rumah sakit. Gak usah dihitung, Mbok. Lebihnya sampeyan pakai saja, sekalian saya kepengen membalas kebaikan Mbok”
Sambil menangis Mbok Lara menerima uang satu ikat itu, “Terima kasih Nak Mlarat, dulu sebenarnya saya sudah mengiklaskan hutang sampeyan, tapi berhubung sekarang saya butuh untuk pengobatan Pak de, saya terima uang sampeyan. Terima kasih banyak. Tunggu sebentar, saya ambilkan ayam jago saya. Saya ingin ayam jago ini sampeyan sembelih dan sampeyan masak sebagai ucapan terima kasih saya”.
Bang Mlarat tak kuasa menolak. Akhirnya dia membawa pulang ayam jago itu. Sepulang Bang Mlarat, Mbok Lara langsung membawa Pak de ke Dokter Spesialis tetangga rumahnya. Dokter spesialis itu kaget ketika mengetahui Pak de terkena penyakit yang cukup parah.
“Mbok Lara kok gak bilang saya kalo Pak de sakit? Kan semestinya saya bisa memeriksanya lebih awal sehingga gak sampai parah seperti ini. Mbok tidak usah kuatir dengan biaya, saya bisa membantu, kok. Lain kali gak usah sungkan sama saya, kasihan Pak de kalo sampai terlambat dan gak tertolong. Ini obatnya. “
Mbok lara kemudian menyodorkan seikat uang untuk biaya obat ke dokter spesialis tersebut. Si dokter tambah kaget karena tidak menyangka Mbok akan membayar dengan uang sebanyak itu. Dokter akan berniat akan mengembalikan sebagian uang dalam ikatan itu tapi Mbok segera menolaknya dengan halus,
“Maaf dokter, Silakan diterima semua uang  itu. Uang itu sebenarnya juga dari pemberian orang yang telah berbaik hati ingin menolong saya. Saya pada kesempatan ini  ingin membalas semua kebaikan dokter kepada saya dan pak De. Pak Dokter selama ini selalu mau memberikan obat kepada kami secara gratis. Terimalah Uang ini Dok. Saya iklas dan sangat ingin membalas kebaikan Dokter.”
Akhirnya sang Dokter mengalah. Dia menerima seikat uang tersebut. Namun tetap dalam hati sang Dokter bingung mau diapakan uang ini? Dia sebenarnya gak ingin menggunakan uang ini karena memang dia sudah merasa cukup dengan gajinya dari rumah sakit dan justru merasa gak enak bila menggunakan uang dari “pemberian” Mbok Lara yang nyata-nyata lebih membutuhkan dari dia. Setelah berpikir sejenak, Sang Dokter ingat dengan tetangganya yang rumahnya sudah reyot dan butuh perbaikan.
“Yah, lebih baik kusumbangkan saja seikat uang ini buat Bang Syukur!”
 Sang Dokter pun melangkah menuju rumah Bang Syukur. Di tengah jalan Dokter bertemu dengan Bang Mlarat yang membopong seekor ayam jago.
“Mau kemana Bang?”
“Oh Pak Dokter,…. Ini, mau memberikan ayam jago ke Bang Syukur, tadi bang Syukur telah membantu saya dan saya ingin membalasnya dengan memberikan ayam jago ini, dia kan sudah punya istri, jadi ada yang memasak…”

Dua kisah yang sangat berbeda. Baik para pelakunya maupun akhir ceritanya. Tiga sahabat yang serakah, licik, dan egois tidak bisa mensyukuri rejeki dan hanya ingin memperkaya diri sendiri. Tidak mau berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Maka justru rejeki itu berubah menjadi sumber masalah dan membawa ketiganya kepada kematian. Namun ketika Bang Syukur pandai mensyukuri rejeki dan mau berbagi, rejeki itu membawa berkah tidak hanya baginya tapi juga bagi orang-orang  di sekitarnya. Bahkan rejeki bang Syukur malah bertambah dengan cara yang tidak terduga.
Bersyukur Untuk Apapun

Kita sering mendengar Pak Rektor di setiap kata sambutannya selalu menghimbau agar kita bersyukur atas beberapa hal, yaitu :
ü      Terpilihnya  ITATS sebagai salah satu di antara  10 kampus unggulan di Jawa Timur
ü      Lolosnya ITATS sebagai salah satu penerima Program Hibah Kompetisi Institusi (PHKI) yang nilainya hampir 5 M pertahun  selama tiga tahun (2009-2011)
ü      Dan mulai bertambahnya jumlah mahasiswa ITATS sejak keterpurukkannya pada tahun 2005-2006.
Tapi bagaimana cara bersyukurnya?
Apakah cukup dengan mengucap Alhamdulillah?
Apakah cukup dengan mengadakan syukuran dan makan-makan di restoran?
Apakah cukup dengan memberi penghargaan kepada unit-unit yang berjasa dalam meraih keberhasilan tersebut?
Eiits, sebelum kita membahas bagaimana cara bersyukur, ada baiknya kita sepakat dulu nih. Apa betul kita patut bersyukur? Mengapa sih kita harus bersyukur? Jangan-jangan ada yang berpikir bahwa sebenarnya kita memang sudah selayaknya memperoleh itu semua, wong kita selama ini sudah bekerja keras, lembur siang malam, bekerja demi ITATS. Jadi sudah sewajarnya  dan sudah waktunya kita mendapatkan semua ini…. Justru kebangeten kalo sampe kita terus terpuruk dan rejeki kita semakin seret padahal kita udah banting tulang memeras keringat.  Adakah  yang merasa seperti itu….? Udah kerja ngoyo tapi balasannya gak seberapa, trus ngedumel,
Kampret!, diewangi jungkir walik sampek tuek pancet ae bayarane…!”
Hua ha aha ha!
Apa yang mau disyukuri???
Oke. Ada atau tidak perasaan itu di dalam hati kita, gak usah dipermasalahkan. Sekarang coba bersabar dan luangkan sedikit waktu untuk membaca tulisan jelek ini ( hehehe… penulis sangat bersyukur ada komputer yang bisa menyamarkan tulisan super jelek milikinya…)
Logikanya begini:
Ada orang baik hati yang memberi kita sebuah alat pancing bagus luar biasa (gratis)  maka kita harus berterima kasih atau bersyukur. Betul?
Satu atau banyak pancing yang diberikan ke kita,  no problem. Kita tetap harus berterima kasih. Betul?
Apalagi setelah kita diberi pancing kita juga dibuatkan kolam ikan lengkap dengan ikan yang lapar dan besar-besar sehingga dengan pancing tersebut  kita mendapatkan banyak ikan dan bisa dijual dan dimakan sekeluarga, wah kita harus tambah bersyukur, betul?
Lalu bagaimana cara kita untuk membalas kebaikan si pemberi pancing tadi?
Eits! Sekali lagi sabar…
Kita harus sepakat dulu bahwa kita memang layak dan harus bersyukur. Sudah setuju semua belum ?
Logika di atas hanya sebuah ilustrasi dalam keseharian kita yang penuh tata krama bahwa kita harus selalu berterima kasih dan membalas kebaikan orang lain.
Kenyataannya, kita telah diberi modal yang luar biasa oleh Allah untuk bisa bertahan hidup. Dan kita juga telah disediakan alam yang subur, iklim yang sejuk dan lingkungan yang mendukung hidup kita. Kita sering lupa atau tidak begitu memperhatikan bahwa kita telah diberi banyak oleh Allah SWT. Kita telah diberi dua tangan yang kuat dan awet, dua kaki yang kokoh dan bagus, penglihatan yang jelas dan tajam, otak yang pintar dan melebihi kepintaran hewan manapun di dunia ini. Serta masih banyak lagi. Seluruh pemberian Allah itu tidak ternilai harganya. Belum ada yang mau menjual kedua tangannya, atau kedua kakinya atau kedua matanya atau bagian vital tubuhnya dengan harga berapa pun. Kalo pun ada, orang itu pasti goblok, gila, dan kedunyan.
Selain kelengkapan anggota tubuh, kita juga telah dikaruniai kesehatan yang sebenarnya sangat mahal harganya. Namun karena sudah biasa sehat dan jarang sakit, kita sering tidak merasakan betapa kesehatan itu merupakan anugrah yang patut kita syukuri. Saat kita sakit gigi, saat kita patah tulang, saat kita kena diabetes, ketika kita mengidap sakit jantung, baru kita sadar betapa tersiksanya jadi orang sakit dan betapa nikmatnya jadi orang sehat.
Sekali lagi, kita harus sepakat bahwa kita, orang se-ITATS, harus lebih bersyukur lagi, atas apa saja yang telah kita miliki dan kita raih. Mulai karyawan terendah sampai karyawan tertinggi, (yaitu sekretaris Rektor, yang setiap saat menemani pak Rektor, hehehe menemani tanpa tanda kutip lho pak,….), mulai dosen termales sampe dosen terrajin (yang chekloknya paling pagi sampe-sampe lebih mendahulukan cheklok dari pada memarkir kendaraannya), Mulai mahasiswa tergoblok sampai terpandai ( hehehe, tenang ae, sak goblok-gobloke mahasiswa ITATS itu masih pinter kok, terbukti bisa milih kampus yang baik, gak kesasar nang UTS sing kampus bujuk-bujuk’an, ).
Agar lebih kompak dalam bersyukur, mari kira perhatikan dan renungkan foto di bawah ini.  Betapa anak yang seperti ini pun masih bisa tersenyum dan mensyukuri hidup.
 
 Ya.. ampun..??? !
Mampukah kita bersyukur jika kita, atau anak kita, pada posisi tersebut…..
Bayangkan,
betapa sulit kita bisa menerimanya
Kita seakan selalu menuntut Allah, sang Pemberi Nikmat, untuk memberi kita lebih banyak, lebih bagus, dan lebih sempurna, padalah….. sedikit atau banyak, bagus atau jelek, sempurna atau cacat, itu adalah pemberian Allah untuk kita para hambanya yang lemah. Kita tetap harus mensyukurinya. Apalagi jika “kebetulan” kita beruntung diberi sesuatu yang lebih baik dari saudara kita yang kurang beruntung di atas.



Aku Bersyukur Untuk Istri
Yang semakin lama semakin memudar pesonanya.
Karena jadi lebih sering di rumah mendidik anak dan melayaniku dari pada shoping di mall dan keluar masuk salon kecantikan yang menghabiskan isi kantong.




Aku Bersyukur Untuk Suami
Yang selalu duduk bermalasan di Sofa.
Sambil baca koran dan jarang mau membantu beres-beres rumah,
Karena  itu tandanya dia betah dirumah, bersama aku
dan tidak keluyuran… mencari wanita lain.

  
 



Aku Bersyukur Untuk Anakku
Yang selalu membuat rumah berantakan.
Karena artinya… dia tumbuh dengan baik.
Dan tidak sedang sakit.








Saya Bersyukur diberi Boss yang cerewet
dan gak ngerti kebutuhan karyawan
Karena artinya… Saya sudah bekerja… dan punya penghasilan tetap.







Saya Bersyukur Untuk Rumah Yang masih ngontrak
Karena artinya… saya masih punya kesempatan…
untuk menjadi kran rejeki bagi bapak ibu kos saya.



Saya Bersyukur Untuk Baju Yang Mulai Kesempitan
Karena artinya… saya mampu makan lebih dari cukup.



Saya Bersyukur Untuk cicilan rumah yang gak habis-habis !!!
Karena artinya… Saya akan punya rumah !!!



Saya Bersyukur Akan sakit yang saya derita 
Karena artinya… kita jadi punya waktu lebih untuk merenungkan banyak hal dan berkumpul bersama keluarga.







Saya Bersyukur (Untuk diberi Tempat Parkir yang panas oleh ITATS…
Karena artinya… Saya telah mempunyai kendaraan motor/mobil) yang bisa saya bawa dengan selamat sampai di kampus…

 
Saya Bersyukur Untuk Cucian yang begitu banyak
Karena artinya… Saya punya baju layak pakai lebih dari satu…

 
Saya Bersyukur Karena sepertinya pekerjaan saya tidak ada habisnya
Karena artinya… tempat saya bekerja semakin berkembang dan tidak ada PHK massal.

 
Saya Bersyukur setiap bangun di Pagi Hari dengan beban hidup yang ada
Karena artinya… SAYA MASIH HIDUP…

 
Terus terang, kalo mau diteruskan, alasan untuk bersyukur itu akan selalu ada dan tulisan ini akan jadi ratusan lembar. Jadi kita skip aja dan langsung ke contoh bersyukur yang paling tinggi:
Dari Aisyah r.a. berkata bahwa, “Rasulullah SAW itu bangun shalat malam hingga kedua kakinya merekah. Lalu Aku bertanya padanya, “Ya Rasulallah, mengapa Anda melakukan hal ini padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa Anda yang dahulu dan yang kemudian?” Beliau menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi hamba-Nya yang bersyukur?” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah SWT tidak memerlukan ucapan syukur dari hamba-Nya. Tetapi kitalah yang memerlukan rasa syukur tersebut, agar kita mendapatkan kebahagiaan batin yang tak ternilai harganya.
Yah, saya rasa sudah cukup usaha saya untuk merayu anda agar menjadi orang yang bersyukur. Bersyukur karena meraih keberhasilan. Bersyukur meski mendapatkan kegagalan. Bersyukur dengan apa yang dimilikinya. Dan bersyukur dengan apa yang belum dimilikinya. Bersyukur saat senang dan bersyukur pula saat susah. Terus terang saya pribadi juga bersyukur bahwa anda masih bertahan membaca sampai di halaman ini. Semoga anda masih berkenan membaca halaman berikutnya, bab tentang cara bersyukur. Kalau pun anda sudah bosan dan tidak meneruskan membaca, saya juga masih bersyukur bahwa saya telah dikaruniai dua tangan untuk mengetik, mata sehat yang kuat melek sampai malam, dan laptop yang sering hang (milik ITATS) yang berkat itu semua, tulisan ini bisa terselesaikan.


Filsafat Jawa Kuno, Blai Slamet = Bersyukur Saat Susah


Pernah dengar istilah Blai slamet ?
Kalo orang jawa tulen seharusnya ngerti sama istilah Blai Slamet. Blai Slamet kalo diterjemahkan ke bahasa Indonesia adalah celaka tapi selamet. Hehehe, wong jowo iku emang aneh, ciloko kok dibilang selamat. Nah itulah hebatnya filsafat orang jawa, (sori, buat orang luar jawa, silakan cari sendiri filsafat asal daerahnya yang berhubungan dengan rasa syukur, hehehe!). Blai Slamet adalah cara orang untuk mencari sisi positif dari setiap kesusahan. Mencari sisi selamat di setiap musibah/celaka.
Contohnya, saat orang melihat kecelakaan kereta api, pasti yang menonton mbatin dalam hati, “untung aku bukan termasuk salah satu penumpang di kereta api itu…”
Yang jadi penumpang pun mbatin, “Untung aku selamet, gak cidera sedikit pun…”
Penumpang yang cidera masih mbatin, “Untung cideraku gak parah, Cuma mbendol dan kesleo dikit, gak sampe patah kaki seperti sebelahku…”
Bahkan yang kakinya patah, ternyata juga masih bisa mbatin, “Untung aku masih hidup, bisa bertemu sama anak istriku, kasihan pak kondektur yang kepalanya pecah dan gak tertolong lagi…”
Hehehe,…. Kalo masih mau diteruskan dan agak berkhayal sedikit, mungkin si saat melayang, arwah kondektur yang telah meninggal itu juga sempat mbatin, “Untung tadi aku sudah sholat dan menyukuri segala nikmatmu ya Allah, sehingga insya Allah Aku meninggal dengan khusnul khotimah…”
Itulah contoh pengamalan blai slamet. Betapa pun susahnya dan celakanya kita, masih bisa bersyukur dan mencari sisi selamatnya. Jadi, buat Anda yang merasa wong Jowo, ayo cari blai slametnya masing-masing dan bersyukur atas apa saja yang masih kita miliki, jangan terlalu menuntut dan mengeluh terhadap apa yang hilang dari kita atau apa yang belum kita miliki.
Dengan mensyukuri apa saja yang kita hadapi, senang, susah, gagal, berhasil, kesempurnaan, kecacatan, kesulitan, kemudahan, dan berbagai hal lainnya, maka hidup kita akan lebih ringan, nikmat dan tidak mudah stress. Dengan bersyukur, kita akan lebih menghargai apa saja yang kita miliki. Kita akan lebih sayang keluarga. Kita akan lebih senang bekerja. Kita akan punya banyak teman. Kita akan menjalani hidup dengan lebih bahagia. Dengan bersyukur kita akan jarang mengeluh. Kita akan menerima dengan iklas semua pemberianNya, baik yang kita inginkan maupun tidak.

 
Nah, buat para pembaca, buat wong ITATS yang selama ini merasa banyak hal yang kurang berkenan saat bekerja di ITATS, mari kita cari sisi positifnya. Ayo coba tuliskan hal-hal positif yang masih ada atau masih bisa kita syukuri berdasarkan kekurangan atau ketidakpuasan kita terhadap ITATS, Kalo kita mampu menuliskan semua itu, Insya Allah kita baru bisa bersyukur
No
Blai
Slamet
1
Jam masuk kerja yang ketat dengan mempertaruhkan uang makan

2
Jarak Rumah yang sangat jauh dari ITATS

3
Gaji yang gak cukup buat kebutuhan sebulan

4
Mahasiswa yang seenaknya saja pengen dilayani padahal kerjaan sudah menumpuk

5
Mahasiswa yang sulit sekali diajak pinter meski mulut sudah berbusa menjelaskan materi

6
Atasan yang sulit sekali menerima masukan

7
Bawahan yang sulit diatur

8
Fasilitas laboratorium yang “gak bisa dibanggakan”

9
Teman kerja yang “gak enak”

10
Beban tugas yang numpuk-numpuk tapi insentif/tunjangan  gak ada

11
Dosen yang “gak enak” ngajarnya

12
Kuliah yang gak lulus-lulus

13
Aturan yang rasanya salah dan merugikan

14
*


15



16



17



18



* silakan dilanjutkan dan diisi sendiri
Bersyukur itu …?
Semoga ketika Anda memutuskan membaca bagian ini Anda sudah sepakat bahwa kita harus bersukur atas semua yang kita terima dan hadapi. Sehingga apa yang selanjutkan Anda baca bisa benar-benar Anda lakukan. Yaitu Bersyukur, Tidak hanya di kata-kata, tapi di perbuatan.
Bagaimana sebenarnya cara bersyukur itu?
Para ulama mengemukakan tiga cara bersyukur. Pertama, bersyukur dengan hati nurani. Kedua dengan lisan atau perkataan, dan yang ketiga dengan pengamalan atau perbuatan.
Kata hati alias nurani selalu benar dan jujur. Untuk itu, orang yang bersyukur dengan hati nuraninya sebenarnya tidak akan pernah dapat mengingkari banyaknya nikmat Allah. Dengan detak hati yang paling dalam, kita merasa bahwa kita telah banyak diberi oleh Allah sehingga dalam hati, kita selalu ingat dengan Allah, sang pemberi segalanya. Jadi , bersyukur dengan hati adalah selalu mengingat Allah dan mengembalikan semua kejadian kepada Allah sang maha pengatur rejeki dan hidup.
Kedua, bersyukur dengan ucapan. Ungkapan yang paling baik untuk menyatakan syukur kita kepada Allah adalah hamdalah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, ''Barangsiapa mengucapkan subhana Allah, maka baginya 10 kebaikan. Barangsiapa membaca la ilaha illa Allah, maka baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca alhamdu li Allah, maka baginya 30 kebaikan.''
Ketiga, bersyukur dengan perbuatan. Perbuatan ini adalah tanggung jawab kita terdapat nikmat yang telah diberikan. Tubuh yang diberikan Allah kepada manusia sebaiknya dipergunakan untuk hal-hal yang positif. Menurut Imam al-Ghazali, ada tujuh anggota tubuh yang harus dimaksimalkan untuk bersyukur. Antara lain, mata, telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, dan kaki. Seluruh anggota ini diciptakan Allah sebagai nikmat-Nya untuk kita. Lidah, misalnya, harus digunakan untuk  mengeluarkan kata-kata yang baik, berzikir, dan mengungkapkan nikmat yang kita rasakan. Allah berfirman, ''Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).'' (QS Aldhuha [93]: 11). Jangan sampai mulut ini dipergunakan untuk berkata kasar, membicarakan kejelekan orang, menghasut atau memfitnah orang lain.
Orang dengan pikiran besar mendiskusikan gagasan-gagasan, orang dengan pikiran biasa-bisa saja mendiskusikan peristiwa, dan orang yang berpikiran sempit mendiskusikan orang lain.
Seluruh anggota badan yang lain pun harus kita manfaatkan sebaik mungkin. Mata hanya untuk melihat yang baik, jangan untuk melihat yang tidak sepantasnya, telinga harus kita gunakan untuk mendengarkan yang baik, jangan mendengarkan pembicaraan yang tidak sepatutnya didengar, Kemaluan pun harus kita jaga agar menjadi harga diri kita, jangan justru menjadikan kita binatang.
Pekerjaan yang kita geluti sekarang juga merupakan anugrah yang harus kita syukuri karena masih banyak saudara kita yang menganggur dan tidak bisa menghidupi keluarganya dengan baik. Bagaimana cara kita bersyukur terdapat pekerjaan kita ini ?
Khusus untuk membahas masalah bagaimana cara kita, wong ITATS, bersyukur, penulis akan membaginya dalam beberapa kelompok, Yaitu kelompok Pimpinan, Kelompok Dosen, Kelompok Karyawan, dan kelompok mahasiswa. Pembaca boleh hanya membaca di bagian kelompoknya saja. Tapi juga gak dilarang membaca pada bagian kelompok yang lain, siapa tau nanti, kapan-kapan, roda dunia berputar dan posisi kelompoknya berubah.
Jika Anda Pimpinan,
Maka Anda harus bisa bersyukur melebihi semua orang di bawah Anda. Anda telah dikarunia amanah besar untuk memimpin kelompok Anda. Ada kata-kata pamannya  peter parker si spiderman pada saat menjelang ajal, yang sampai saat ini masih saya ingat, “Son, Big Power Bring Big Responsibility” artinya kurang lebih : Anakku, kekuasaan atau kekuatan itu akan membutuhkan tanggung jawab yang besar.  Cara bersyukur terhadap posisi anda saat ini adalah dengan menjadi pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab. Kalo bicara soal kepemimpinan, sudah pasti Nabi Muhammad SAW adalah teladan terbaik. Namun pada kesempatan ini penulis tidak akan mengupas bagaimana kepemimpinan Beliau. Semoga Pimpinan kita sudah tahu diri dan secara diam-diam memperdalam pengetahuannya tentang gaya kepemimpinan Rosullallah. Penulis hanya akan memberi saran sedikit berkaitan dengan kondisi ITATS saat ini.
Saat ini ITATS sangat membutuhkan pemimpin yang “lebih dari biasanya” . Maksudnya lebih dari biasanya di sini adalah pemimpin yang bisa belajar dari kekurangan dan kelebihan pemimpin-pemimpin ITATS terdahulu. Sehingga pemimpin yang sekarang bisa menjadi lebih baik. ITATS kelihatannya sudah terbiasa dengan pertikaian internal yang berujung kepada perpecahan. Ketidakcocokan selalu menghasilkan pemecatan atau pengunduran diri. Ketidakpuasan sering memunculkan musuh baru. Itu semua adalah masa lalu ITATS. Itu semua adalah hasil kepemimpinan yang “biasanya” ada di ITATS. Kalo Anda kebetulan berkesempatan menjadi Pimpinan di ITATS, baik itu Kalab, Koordinator, Kabag, Kajur, Sekjur, Dekan, PR, dan terutama Bapak Rektor, mari tinggalkan masa lalu itu. Mari belajar leadership lebih keras agar semua elemen di ITATS mampu bekerja dengan Iklas, tanpa rasa was-was, yang malas jadi malu dan yang berprestasi tambah giat lagi.
Saya tahu bahwa menulis atau mengucapkan semua ini jauh lebih mudah dari pada melaksanakannya. Tapi sulit itu bukannya tidak mungkin terjadi. Kata AA Gim : mulailah dari hal-hal kecil, mulailah dari diri sendiri, dan mulailah sekarang juga.
Jadi, buat Anda yang saat ini sedang membaca tulisan ini, cobalah belajar bersyukur terhadap posisi anda dengan lebih banyak mendengar keluhan, masukan dan kritikan dari bawahan tanpa emosi yang berlebihan. Jangan malu melaksanakan ide tukang sapu atau saran pak satpam. Jangan malu mengakui bahwa pendapat orang yang tidak Anda sukai ternyata ada benarnya. Ketika Anda jadi Pemimpin, maka  pada dasarnya kepentingan instansi Anda lebih penting dari perasaan pribadi Anda. Pimpinan ITATS harus lebih sering berkeliling ke ruang-ruang bawahannya untuk mencari teman dan mengurangi musuh. Pimpinan pada dasarnya adalah pemersatu seluruh personel di bawahnya. Jangan malah mengadu domba atau justru ikut bertarung membantu salah satu kubu.
Pimpinan ITATS juga harus mampu membuat aturan baku yang bisa membuat seluruh bawahannya bertugas dengan baik. Tidak ada yang dirugikan dari aturan itu, baik dosen, karyawan, maupun mahasiswa. Keadilan harus diterapkan. Reward and punishment harus dijalankan. Untuk membuat peraturan yang disetujui semua pihak memang sulit. Tapi sekali lagi, kata sulit gak boleh dijadikan alasan untuk membuat peraturan yang semaunya dan sering berubah membingungkan bawahannya. Dalam membuat peraturan harus dilakukan riset atau observasi terlebih dahulu. Libatkan lebih banyak elemen dalam penyusunan Kebijakan, terutama perwakilan pelaksana peraturan tersebut. Jika memang terbukti aturan tersebut bisa membawa ITATS ke arah yang lebih baik, Insyaallah semua pasti mendukung, meski awalnya kadang ada saja yang masih tidak puas.
            Pimpinan ITATS juga harus mampu menjadi contoh, menjadi suri tauladan para bawahannya. Ketika dicanangkan program 3S (senyum salam sapa), maka jajaran pimpinan harus menjadi orang yang paling 3S dulu, maka pelan-pelan semua orang di ITATS insyaallah menjadi satu keluarga yang bahagia, mawadah warohmah. Ketika pimpinan menuntut bawahannya bekerja keras, maka pimpinan juga harus menjadi orang yang paling bekerja keras di ITATS. Kalo pimpinan ingin semua orang juga berpikir keras agar ITATS tambah mahasiswa dan tambah maju, maka pimpinan juga harus menjadi orang yang paling mikir. Jangan justru dilimpahkan ke bawahannya saja.
Untuk pimpinan yang masih punya pimpinan lagi, harus bisa menjaga keseimbangan. Pimpinan yang ada di tengah ini harus bisa memuaskan pimpinan di atasnya tapi juga jangan sampai mengorbankan bawahannya. Pimpinan harus bisa membela bawahannya atau menomersatukan kesejahteraan bawahannya jika memang bawahan mempunyai kinerja yang bagus. Jangan hanya karena ingin dinilai “menurut” atau “efisien” oleh pimpinan, lalu bawahannya “dikerjapaksakan”. Percayalah, rasanya akan lebih nikmat dimuliakan bawahan daripada dipuji oleh pimpinan.
            Hehehe….  Kelihatannya berat ya jadi seorang pemimpin, harus gini harus gitu, hehehe… jangan–jangan pimpinan yang baca tulisan ini jadi emosi dan mbatin, “emangnya yang nulis ini siapa sih! Emang dia bisa jadi pimpinan yang ini dan itu?. Kalo ada yang merasa lebih baik, silakan deh menggantikan saya ! Gak jadi pimpinan yo gak pate’en (kata pak Harto saat mau lengser…)”
Sabar bos! Tadi kan udah dipesenin agar tidak emosi berlebihan. Tugas pimpinan memang berat. Tapi jika kita bisa menjalankan tugas itu dengan baik dan bertanggung jawab, maka pahala dan kebaikan yang diterima pimpinan itu adalah yang paling besar dibandingkan seluruh bawahannya. Kemuliaan adalah balasannya. Seluruh bawahan akan hormat dan segan serta menyayangi kita.  Jadi sekali lagi, mari kita syukuri  jabatan kita dengan menjadi pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab.

Jika Anda Dosen,
Kita harus bersyukur karena dulu kita diberi kesempatan mengeyam Pendidikan Tinggi padahal pasti sangat banyak remaja saat itu kurang beruntung tidak mampu melanjutkan pendidikannya sampai ke  bangku kuliah. Kita juga harus bersyukur mendapat peran di dunia ini sebagai seorang dosen ITATS. Dosen merupakan pekerjaan yang mulia, jika kita benar-benar mampu menjalankannya. Dosen adalah gudang ilmu yang akan menghasilkan para pemimpin bangsa, para manajer yang membawahi ratusan bahkan ribuan karyawan, para pengusaha yang menghidupi banyak orang, dan para kepala rumah tangga yang menafkahi keluarganya berbekal ilmu dari sang dosen.
Ilmu yang dimaksud disini jangan dipersempit hanya sebagai ilmu keteknikkan layaknya Teknik Mesin, Teknik Sipil, Teknik Kimia, atau Teknik Informatika. Ilmu Teknik tersebut mungkin hanya 10-30% saja yang teraplikasikan di dunia kerja alumni kita, kecuali kalo mereka meneruskan profesi kita sebagai dosen. Ilmu yang kita ajarkan semestinya tidak hanya ilmu teknik saja, tapi juga ilmu kehidupan. Di setiap perkuliahan, kita ada baiknya menyisipkan nasehat-nasehat mulia, menanamkan nilai-nilai kebaikan, dan membentuk pribadi mahasiswa  yang positif. Mengajar yang baik adalah mengajar sesuai dengan SAP atau GBPP yang dibuat oleh Tim  Kurikulum. Namun Mengajar yang jauh lebih baik adalah mengajar  yang mampu menginspirasi, melebihi batasan SAP maupun GBPP. Mahasiswa jadi sadar akan nilai kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, maupun ketulusan. Mahasiswa jadi lebih bersemangat menuntut ilmu, mampu bekerja keras meraih cita-citanya, dan menghargai orang-orang di sekitarnya. Hasil dari pekerjaan seorang dosen bukanlah IKP atau ijazah seorang sarjana. Hasil kerja kita adalah manusia-manusia baik secara intelektual maupun emosional. Jika alumni ITATS  telah menjadi orang yang pintar dan mampu meraih kesuksesan ekonomi namun pribadinya tidak disukai orang,  mementingkan diri sendiri, dan  hanya mengejar materi, maka kita sebagai orang yang meluluskannya dari ITATS telah gagal. Jadi, mari syukuri pekerjaan dosen ini dengan mulai mengabdikan hidup untuk mencetak para generasi muda yang paham ilmu teknik sesuai jurusannya yang dilengkapi dengan akhlak dan budi pekerti yang luhur.
Menjadi seorang dosen di ITATS merupakan sebuah pekerjaan yang tidak mudah. Selain beban tugas tambahannya banyak, mahasiswanya juga tergolong “second line”. Sebagian besar membutuhkan “usaha extra” sang dosen agar materi yang diajarkan dimengerti oleh mahasiswa. Bahkan sering usaha ekstra tersebut seakan sia-sia. Kalau mental sang dosen tidak kuat, mungkin yang terjadi adalah: dosennya stress atau malah patah semangat. 

 
Dosen ITATS seharusnya bisa mengambil sisi positif dari kondisi mahasiswa ITATS. Mahasiswa ITATS merupakan ladang pahala yang subur bagi dosen untuk menguji kesabaran. Semakin telaten dan sabar sang dosen, maka semakin melimpahlah kebaikan yang akan diterimanya.  Jadi ketika memperoleh mahasiswa yang ngah-ngoh, dosen jangan melemah semangatnya, pandanglah mahasiswa ini sebagai media kita untuk beribadah dan meningkatkan derajat kita. Jangan  sampai punya pandangan: “alaah, wasio diajar sampe muruh lambeku, tetap ae. Dasare bodo yo tetep bodo. Mending ora usah ditompo wae bocah koyo kuwi…  Mengko malah ngelek-eleki ITATS !
Masa depan seseorang tidak hanya tergantung kepada pandai atau tidaknya dia. Masa depan sesorang juga ditentukan oleh kepribadiannya, lingkungannya, dan campur tangan Allah. Ketika kita sudah terlanjur diberi amanah untuk mendidik mahasiswa, bagaimana pun kondisinya, kita harus memaksimalkan usaha untuk membuat mahasiswa tersebut lebih baik secara intelektual maupun emosianal dari pada saat masuk ITATS. Setelah itu kita tinggal berdoa agar mahasiswa yang telah kita luluskan dengan usaha maksimal tersebut dimudahkan jalannya untuk mencapai kesuksesan.
Berdoa, bapak dan ibu! Jangan lupa sisipkan doa untuk para mahasiswa kita agar ilmu yang kita berikan bermanfaat untuk kehidupannya kelak. Mahasiswa adalah anak-anak kita juga, yang harus kita doakan. Insyaallah, Campur tangan Allah akan menuntun dia memperoleh kehidupan yang layak. Kisah nyata dari cerita seorang teman: Ada seorang mahasiswa yang gak pandai dan dari sisi penampilan selalu lusuh dan males sekali kalo disuruh mengerjakan tugas. Kuliahnya juga molor beberapa semester dari yang seharusnya. Setelah 12 tahun lulus, kemaren kita bertemu. Dari sisi penampilannya tidak terlalu berubah, masih biasa saja, tapi saat diajak mampir ke rumahnya, sungguh luar biasa. Rumahnya di Perumahan Galaxi Bumi Permai!, Perumahan sebelah timurnya UNIPRA. Gila! Mobil mewahnya tiga. Harga pagar rumahnya saja mungkin hampir sama dengan harga rumahku yang tipe 36. Setelah cerita banyak ternyata dia bisnis kayu di luar pulau dan karena dipercaya oleh banyak eksportir, dia bisa mengembangkan usahanya tersebut.
“Wah jangan-jangan kamu termasuk para pembalak itu ya! “ kata ku sambil guyon.
“Enak saja! Justru karena banyak pembalak yang tertangkap itulah para eksportir beralih ke tempatku. Aku bisnis kayu legal. Aku masih ingat kata pak Sugeng (bukan nama sebenarnya) dosen pembimbingku dulu ’usaha apa saja yang penting jujur, hasilnya serahkan saja sama Allah, sesuai atau tidak dengan harapan kita jangan dipermasalahkan. Allah tahu kok yang terbaik buat kita’
Sekali lagi, kita tidak akan bisa membaca masa depan seseorang dari kondisi dan kemampuan dia sekarang.
Bayangkan betapa bangganya kalo kita mendengar alumni kita jadi pejabat yang berpengaruh dan bersih. Betapa senangnya kita ketika bertemu dengan lulusan kita yang berhasil menjadi pengusaha sukses dan masih menghargai kita sebagai dosennya dulu….
Salah satu perkara di dunia yang tidak putus dengan akherat adalah ilmu yang bermanfaat. Jika para lulusan kita mampu memanfaatkan ilmu yang kita ajarkan dengan baik dan menjadi berkah bagi kehidupannya dan orang sekitarnya, insyaallah, saat kita telah meninggal nanti, pahala dari ilmu yang kita ajarkan itu akan terus mengalir. Amin.
            Menjadi dosen yang mampu menginspirasi mahasiswa tidak mudah tapi juga tidak sulit sebenarnya. Mungkin beberapa saran berikut bisa menjadikan kita sebagai dosen inspirator.
            Kita harus bekerja dan mendidik mahasiswa setulus hati. Jangan hanya pakai otak. Jangan hanya pakai perasaan. Jangan hanya pakai emosi. Tapi perbanyaklah pakai hati. Anggap bahwa kita benar-benar dipercaya orang tua mahasiswa untuk mendidik mahasiswa. Kitalah orang tua mereka sejak  mereka terdaftar sebagai mahasiswa ITATS. Boleh kita marah ke mahasiswa karena kemalasannya. Boleh kita memberi nilai D karena kebodohannya. Tapi semua itu harus diniatkan untuk merubah mahasiswa menjadi lebih baik. Semua itu harus demi kepentingan mahasiswa. Bukan untuk kepentingan kita sang dosen. Bukan untuk menjaga image, bukan untuk tujuan agar mahasiswa takut atau menurut ke kita, bukan untuk pelampiasan emosi kita (kalo sudah marah ke mahasiswa, lega!). Suatu saat coba sempatkan bicara dari hati ke hati dengan mahasiswa  sehingga kita tahu permasalahan mereka dan mereka juga mengetahui niatan baik kita. Waduh, iya kalo mahasiswa Cuma 5 atau 10, kalo mahasiswanya 50 lebih gimana? Khan tambah susah ngajarnya, apalagi untuk mengajar dengan hati? Hhhmmmm, kalo mahasiswanya kebanyakan sih memang sulit. Mestinya ada pembatasan ruang kelas sehingga proses belajar mengajar lebih efektif, yah, paling tidak 40-50  mahasiswa perkelas itu sudah cukup. Tapi kalo dipandang dari sisi ekonomi memang lebih menguntungkan lebih banyak mahasiswa dalam ruang kelas. Tapi mestinya semua kan sudah mengerti bahwa biaya murah sebanding dengan kualitas yang rendah…. Jadi harus mulai dipikirkan untuk meningkatkan kualitas meski harus menambah ongkos produksi. Kalo tidak, produk kita akan mengecewakan orang tua mahasiswa yang telah memberi kita amanah untuk mendidik anaknya.
Berikutnya, kita sebagai dosen harus menjadi teladan bagi mahasiswa. Kalo kita ingin mengajarkan mereka kedisiplinan, maka, selain kita memberi teori kedisiplinan, kita juga harus berdisiplin. Minimal, di depan mereka, kita tidak telat datang saat mengajar. Ketika kita ingin mengajarkan tanggung jawab, kita juga harus menunjukkan rasa tanggung jawab kita kepada mereka seperti memberikan hak-haknya untuk memperoleh pelayanan yang memuaskan.

Jika Anda Karyawan,
            Bersyukurlah Anda karena sekarang anda punya penghasilan tetap yang bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Kalo ada perasaan bahwa penghasilan dari ITATS masih kurang,  itu salah. Logikanya, kalo gaji kurang, tentunya Anda sudah pindah kerja sekarang. Atau mungkin memang saat ini Ada masih berpikiran untuk mencari pekerjaan pengganti ? Kalo iya, pasti belum ketemu pengganti pekerjaan di ITATS. Jadi Anda harus tetap bersyukur bahwa anda masih punya pekerjaan dan penghasilan meski serba kekurangan. Atau mungkin juga selain di ITATS Anda punya usaha lain seperti buka warung, makelaran, atau usaha lain yang dikelola istri atau suami sebagai tambahan penghasilan. Kalo iya, tetap Anda harus bersyukur karena dengan bekerja di ITATS, pengasilan keluarga jadi cukup. Coba bayangkan kalo pekerjaan di ITATS tiba-tiba hilang….
            Kita sebagai karyawan, pasti berhubungan dengan pelayanan. Baik melayani mahasiswa, melayani para dosen, melayani pimpinan, maupun melayani karyawan lain. Oleh karena itu, cara bersyukur untuk para karyawan adalah bekerja sebaik-baiknya dengan memberikan pelayanan yang memuaskan dan menyenangkan. Ingat! Memuaskan dan menyenangkan.
            Pelayanan yang memuaskan adalah pelayanan yang sesuai keinginan atau kebutuhan. Kalo sedang melayani mahasiswa yang mau daftar ulang berarti karyawan harus menerima uang pebayaran, kemudian memasukkan data  mahasiswa dan memberikan tanda terima ke mahasiswa. Pelayanan itu harus dilakukan dengan cepat dan benar. Ini namanya memuaskan. Kalo petugas ruang dosen melayani dosen yang mau mengajar dengan LCD, maka petugas harus mengambilkan LCD, menyerahkannya ke dosen, dan mendatanya saat LCD telah dikembalikan. Ketika pekerjaan sederhana ini dilakukan dengan sigap, maka itu namanya memuaskan. Kalo pimpinan ingin karyawannya melakukan sesuatu/tugas, kemudian karyawan itu melakukannya dengan cepat dan benar, itulah yang dimaksud memuaskan.
            Lalu, pelayanan yang menyenangkan itu bagaimana? Pelayanan yang menyenangkan itu apabila yang kita layani merasa senang berhubungan dengan kita dan mereka merasa diperhatikan lebih dan dihargai sebagai manusia.  Ketika kita mengambil uang lewat atm, tidak ada perasaan menyenangkan. Yang ada hanya perasaan puas karena uang bisa kita terima dengan cepat dan tepat. Tapi saat kita mengambil uang di Bank secara langsung, selain uang yang kita terima, kita juga disuguhi wajah yang berseri-seri, tatapan mata yang bersahabat, senyuman yang menawan, dan sapaan yang ramah, baik oleh satpam Bank maupun sang Teller. Saat keluar dan masuk, pintu dibukakan, dan kita dipersilakan dengan ramah. Di saat itulah muncul rasa nyaman dan senang bertransaksi.
 
Jadi, buat Anda para karyawan yang berkesempatan membaca tulisan ini, mari mulai sekarang berusaha mensyukuri nikmat pekerjaan dan penghasilan di ITATS dengan bekerja memberikan pelayanan yang memuaskan dan menyenangkan. Jangan hanya menerima uang pembayaran dari mahasiswa lalu memberikan tanda terima saja. Tapi berikan juga senyuman, sapaan, dan ucapan terima kasih secara tulus. Apapun masalah yang ada, baik masalah pribadi atau keluarga, ketika mulai melayani, senyum harus tetap muncul, keramahan harus tetap diberikan ke semua orang. Ingat bapak ibu! Kita bekerja dengan manusia-manusia yang memiliki perasaan. Kita tidak bekerja dengan benda mati. Ketika kita berusaha melayani dengan menyenangkan, maka orang yang kita layani pasti juga akan membalas dengan respon yang menyenangkan pula. Pasti Bapak ibu juga akan merasa senang dan beban pekerjaan yang berat akan terasa ringan. Kalau pun yang kita layani tidak merespon dengan menyenangkan tidak apa-apa. Kita harus sabar dan tetap berusaha menyenangkan bagi orang lain. Dengan begitu, tidak hanya penghasilan bulanan yang akan kita raih, tapi juga pahala kebaikan karena telah menyenangkan orang lain. Ingat, bahkan senyum pun di nilai sebagai ibadah dalam islam.

Bapak dan ibu harus menyadari bahwa tidak hanya atasan saja yang menilai kinerja kita. Orang-orang yang kita layani juga bisa menilai kinerja kita. Ketika mereka kita layani, atau ketika kita berinteraksi dengan mereka, mereka akan menilai apakah kinerja kita
a.                 memuaskan dan menyenangkan, atau
b.                 hanya memuaskan tapi tidak menyenangkan, atau
c.                 tidak memuaskan tapi menyenangkan, atau
d.                 tidak memuaskan dan tidak menyenangkan.
Tentu kita mengharapkan semua karyawan ITATS dinilai pada kinerja yang poin a. jangan sampai hanya pada poin b atau c, apalagi poin d.
Melayani dengan memuaskan mungkin sudah bisa dilakukan oleh karyawan ITATS, terbukti selama ini pelayanan administrasi dan operasional kegiatan di ITATS dapat berjalan lancar. Namun terus terang penulis menilai bahwa karyawan di ITATS masih banyak yang belum bisa melayani dengan menyenangkan. Ketika terjadi interaksi sesama warga ITATS, rasanya hambar dan hanya seperlunya saja tanpa ada usaha membuat interaksi itu lebih menyenangkan dan berkesan. Kalau pun telah terjadi interaksi yang menyenangkan, itu hanya terjadi di dalam sesama kelompoknya saja, sesama unit kerjanya saja, atau sesama teman cangkruknya saja.
Menjadi pribadi yang menyenangkan memang butuh latihan dan rutinitas serta keinginan yang kuat untuk berubah. Selain itu pribadi yang menyenangkan tidak bisa dibentuk hanya dengan tujuan agar dipuji pimpinan atau agar dipromosikan jabatannya. jika itu menjadi tujuan, maka kita jadi pilih-pilih kondisi untuk berbuat menyenangkan. Kita tidak berbuat menyenangkan ke semua orang dan ketika tujuan tidak tercapai, maka justru kita akan berubah menjadi pribadi yang lebih tidak menyenangkan lagi.
 
Melayani dengan memuaskan dan menyenangkan harus dilakukan dengan tulus. Harus dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kita terhadap pekerjaan. Senyum, sapa, dan slaam dilakukan sebagai bentuk penghargaan kita kepada siapa saja yang kita layani. Pada dasarnya, bekerja dengan memuaskan dan menyenagkan bukan hanya kewajiban para karyawan ITATS saja, tapi juga berlaku untuk seluruh dosen dan para pimpinan ITATS. Insyaallah dengan berubahnya seluruh warga ITATS menuju pribadi yang menyenangkan, maka suasana kerja di ITATS akan lebih menyenangkan dan yang terpenting, orang ITATS akan dapat bersatu membawa ITATS menuju kejayaannya.


Jika Anda Mahasiswa,
Anda harus bersyukur bahwa Anda telah terlahir dalam keluarga yang mampu membiayai pendidikan Anda sampai bangku kuliah. Dan Anda juga harus bersyukur telah tergabung dengan 10 kampus terbaik sejawa timur terlepas Anda puas atau tidak dengan ITATS sekarang.
Sebagai mahasiswa, cara bersyukur yang baik adalah dengan menyenangkan hati kedua orang tua yang telah membiayai pendidikan kita. Kita harus menyenangkan hati mereka dengan memberikan prestasi akademik yang memuaskan. Kita tidak boleh membuang-buang uang orang tua kita dengan menunda kelulusan atau memolorkan waktu studi.  Orang tua kita pasti akan hancur hatinya jika sampai kita tidak mampu menyelesaikan pendidikan ini. Oleh karena itu, manfaatkan waktu sebaik mungkin. Serap ilmu sebanyak mungkin dari dosen kamu. Boleh saja memperbanyak kegiatan di luar kuliah, boleh saja pacaran, boleh saja nyambi kerja, tapi tetap kuliah harus dinomersatukan.
Jangan terpengaruh sama teman yang malas, teman yang salah pergaulan, atau teman yang ikut aliran sesat. Lebih aman kalo kamu mulai selektif cari teman sehingga teman-teman kamu justru bisa memotivasi dan mendukung prestasi akademik kamu. Ingat, kamu tidak bisa menyalahkan siapa-siapa kecuali diri kamu sendiri atas kegagalan yang akan kamu dapatkan. Tapi jangan melupakan semua orang yang mendukung kamu sehingga kamu dapat meraih sebuah keberhasilan.
Jika kamu termasuk mahasiswa yang harus membiayai kuliah dengan uang sendiri (bekerja), maka kamu juga harus bersyukur karena belum lulus sudah berpengalaman dalam bekerja. Kamu juga pantas bangga dengan diri kamu karena telah belajar mandiri dan bertanggung jawab terhadap hidup kamu. Kamu punya nilai lebih dari mahasiswa biasa. Tapi kamu juga harus hati-hati dalam mengatur waktu. Keputusan yang telah dibuat untuk kuliah sambil bekerja akan membawa resiko tidak maksimalnya waktu, tenaga, dan pemikiran yang kamu curahkan untuk keduanya. Kamu harus bisa mengkombinasikan keduanya agar terjadi simbiosis mutualisme. Jangan sampai kuliah kamu hancur berantakan gara-gara kerja kamu. Kalo itu terjadi, maka tujuan kamu bekerja menyimpang dan tidak tercapai.  Ingat, dulu kamu niat bekerja untuk membiayai kuliah kamu….
Agar kita dapat berhasil dalam kuliah, itu ada resepnya. Resepnya klasik saja, yaitu rajin belajar, jarang bolos, dan aktif bertanya atau membaca. Pada kesempatan ini penulis tidak membahas semua resep itu. Penulis hanya ingin, sedikit maupun banyak ilmu yang berhasil diserap dari penjelasan sang dosen, ilmu itu jadi ilmu yang barokah buat kalian, para mahasiswa ITATS. Kuncinya cuma satu: Kita harus menghormati dosen/guru kita.
Mungkin ada yang pernah mendengar keluhan,
“Dulu sih aku ingat materi itu, tapi sekarang sudah lupa”. Atau, “Aduuuh, males aku kalo yang ngajar orang itu, … gak enak!”
Subhanallah!
Guru adalah orang tua kedua kita setelah orang tua kandung. Kita harus sama hormatnya ke guru kita seperti kita hormat ke kedua orang tua kita. Namun sayangnya, nilai-nilai menghormati guru ini sering telah pudar di jiwa para remaja karena tontonan sinetron atau film di TV, sehingga mahasiswa memandang guru atau dosennya hanyalah seseorang yang bekerja dan digaji untuk menjelaskan sesuatu kepadanya, titik. Tidak ada rasa hormat. Oleh karena itu banyak mahasiswa yang bersikap seenaknya terhadap dosennya. Tidak mendengarkan penjelasannya. Tidak menggubris nasehatnya. Tidak peduli dengan amarahnya. Bahkan ada mahasiswa yang memberikan julukan khusus kepada guru atau dosennya dengan nama-nama yang tidak sepantasnya.
           
Tidak peduli dosen itu enak atau tidak cara mengajarnya. Tidak peduli dosen itu sudah tua atau masih muda. Tidak peduli dosen itu menawan atau buruk rupa. Kita harus menghormatinya sebagai orang yang mengajarkan bekal hidup untuk masa depan kita. Hal ini sebenarnya harus berlaku sejak kita belajar di Sekolah dasar, SMP, SMA, dan seterusnya. Ketika kita sudah belajar menghormati dosen kita, maka pintu hati kita akan lebih terbuka dalam menerima ilmu dari dosen. Insyaallah kita akan lebih mudah mengerti apa yang sedang dijelaskan oleh dosen. Sedikit atau banyak yang kita pahami dari penjelasan sang dosen tidak jadi masalah. Ilmu yang kita dapatkan itu akan barokah dan bermanfaat bagi kehidupan kita di masa mendatang. Pada umumnya, banyak kata-kata atau kesan yang akan kita ingat dari para guru atau dosen yang kita hormati tersebut. Sehingga sampai tua pun kita tetap mengenang jasa para guru tersebut. Coba sekarang kita pejamkan mata dan coba mengingat guru-guru kita yang dulu telah mengajarkan banyak hal kepada kita. Ingatkan kita nama-namanya? Ingatkah kita wajah-nya? Ingatkah kita atas ajaran-ajarannya hingga kini? Sudahkah kita berterima kasih kepada mereka semua, yang menjadikan kita seperti sekarang ini?
            Buat mahasiswa ITATS, mari tingkatkan rasa syukur dengan menyelesaikan kuliah tepat waktu dan mendapatkan banyak ilmu yang barokah dari para dosen. Senangkan hati orang tua kamu dan guru-guru kamu dengan prestasi mu!
Bersyukur Atau Hancur !

Ketika kita sudah paham bagaimana mengamalkan rasa syukur ini dalam perbuatan nyata, maka secepatnya itu harus kita lakukan. Sudah sering kita mendengar atau membaca:
Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (Q.s. Ibrahim: 7)
Dari ayat di atas dapat kita bayangkan bagaimana masa depan ITATS.
Jika warga ITATS pandai bersyukur, dimana:
1.      Pimpinan telah berusaha menjadi pemimpin yang adil, yang memperhatikan kesejahteraan bawahannya,  mampu membuat peraturan yang memuaskan banyak pihak, dan dapat mempersatukan seluruh warga ITATS
2.       Dosen telah mengabdikan dirinya untuk mendidik mahasiswa menjadi manusia yang utuh secara intelektual dan emosional, aktif melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat
3.      Karyawan telah mampu bekerja dengan memuaskan dan menyenangkan
4.      Mahasiswa bersemangat dalam mengikuti perkuliahan dan menghormati para dosennya
Maka Insyaallah beberapa tahun mendatang:
1.      mahasiswa ITATS akan bertambah peminatnya dan ITATS menjadi salah satu perguruan tinggi fafori di jawa timur.
2.      Kesejahteraan dosen dan karyawan akan meningkat
3.      Para alumni ITATS akan tersebar di seluruh indosensia dan menjadi pejabat, pengusaha, dan pekerja yang sukses dan bersama-sama ikut membangun ITATS sebagai rasa bersyukurnya
Tapi jika teryata warga ITATS tidak pandai bersyukur, dan tidak mau berubah, maka beberapa tahun lagi kemungkinan :
1.      Akan terjadi pertikaian seperti biasanya
2.      Setelah naik, jumlah mahasiswa akan kembali menurun sepertii biasanya
3.      ITATS juga akan tetap menjadi kampus yang biasa-biasa saja
4.      Dan jika Allah menghendaki, ITATS akan hancur karena tidak pandai bersyukur

Nah, jangan hanya bisa memilih, tapi kita juga harus bisa melaksanakan pilihan itu…..

Selamat berjuang semua warga ITATS !

Basilio Ribeiro
Jurusan Teknik Kimia
Lulus Pada Oktbr 2010